Tirulah Cara Kyai Dalam Beramar Makruf Pada Masalah Khilafiyah

Apakah kita akan memperkuat resistensi kalangan lain dengan pendekatan formalistik halal atau haram?

Perdebatan masalah khilafiyyah fiqhiyyah kadang membuat aku miris ketika berujung pada penghakiman terhadap orang atau kelompok yang berbeda.

Contoh sederhana adalah soal jilbab atau bahkan cadar, yang memang masuk dalam ranah khilafiyyah. Kalian yang bersengketa tidak segan untuk saling menghujat. Alamaaaak.

Tidakkah kalian punya cara lain yg lebih enak, agar perdebatan jilbab tidak menjadi tontonan murahan di mata masyarakat awam?

Mengapa kalian enggan meniru cara para kyai tempo dulu didalam menjinakkan jiwa jiwa liar, dan bahkan kalian tertular gaya mereka yang seolah merasa paling berhak mengkapling sorga?

Aku lebih suka berkata kepada kaum perempuan bahwa berjilbab itu menambah bobot inner beauty dan keanggunan, daripada berkata berjilbab itu wajib, meskipun aku yakini wajibnya berjilbab bagi perempuan.

Kesukaan itu ada karena meniru style yang dicontohkan oleh guruku, almarhum Kyai Rifa'i Nasuha Kajen Margoyoso Pati Jateng.

Suatu ketika beliau terpaksa harus berdialog dengan kaum ibu yg terkenal urakan, sebab, beliau saat itu terkenal sebagai kyai muda flamboyan dan mereka tidak mau berdialog kecuali dengan beliau.

Ada seorang ibu muda aduhai cantik rupawan dan kememplok pantatnya yang tiba tiba bertanya, "mas kyai, kenapa .... (bhs Arab = dzakar) harus disunat?" Mereka tentu akan puyengan atau piyungan bila dipameri dalil dalil berbahasa Arab. Bisa bisa malah dianggap sok ngalim agomo. Maka, beliau pun menjawab yang mengakibatkan tawa tiwi mereka meledak, "eh, kayaknya, makan pisang itu enak ya kalau sekalian kulitnya juga dimakan".

Ada juga cerita dari habib Helmi Ali omnya yik Faried Wajdi, terkait minuman keras, sebagai berikut;
Seorang gurutta (kyai) di Sulawesi diundang untuk berceramah di kalangan orang yang suka mabuk . "Minuman keras itu minumannya syaithon. Sepakat?" Para hadirin menjawab, "sepakaaat". Kemudian beliau melanjutkan, "Nah, kalau kita minum minuman keras, lantas syaithon minum apa?". Kalo seperti ini kan Indah (Cak Fuad).

santri online

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel