Berpegangan Tongkat Saat Berkhotbah

Berpegangan Tongkat Saat Berkhotbah
Pada saat khatib hendak naik mimbar, Muraqqiy meyerahkan kepadanya sebuah tongkat. Khatib menerimananya lalu menggunakannya untuk pegangan tangan kiri selama dia berkhutbah.

Memegang tongkat, tombak, atau busur panah dengan tangan kiri pada saat berkhotbah adalah sunnat, sebagaimana disampaikan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm.[1] Pendapat ini berdasarkan pada hadits Sa’id bin ‘Aidz :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ فِي الْحَرْبِ خَطَبَ عَلَى قَوْسٍ وَإِذَا خَطَبَ فِي الْجُمُعَةِ خَطَبَ عَلَى عَصًا[2]

“Bahwa Rasulullah jika berkhutbah pada waktu perang maka beliau berkhutbah dengan menggunakan busur dan jika berkhutbah pada hari Jum’at beliau menggunakan tongkat”

Dalam hadits lain riwayat Syu’aib bin Zuraiq At Tha’ifi disebutkan:

شَهِدْنَا فِيهَا الْجُمُعَةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا أَوْ قَوْسٍ[3]

“Kami menyaksikan shalat Jum’at bersama Rasulullah SAW. Beliau berdiri dengan berpegangan pada tongkat atau busur”

Hikmah berpegangan pada tongkat adalah agar khatib tidak terpancing memain-mainkan tangan atau tidak meletakkan satu di atas yang lain[4] dan demi mengkonsentrasikan hati.[5]

[1] Al Umm, juz 1, hal 272

[2] Sunan Ibnu Majah, nomor 1096

[3] Sunan Abi Dawud, nomor 824

[4] Ihya’ Ulum ad Din, juz 1, hal.180

[5] Subul as Salam, juz 2, halaman 59

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel